Malang, 12-12-12
05.05 PM
Beribu
percik berlomba jatuh
bangunkan
gendang telinga yang terbaring kaku
Arah
pandang ke jendela yang sedikit tertutup kelambu
pandangan
kosong yang jelas
Tak
kulihat apa-apa, hanya sinar senja menerebos menurut benakku,
sinar
yang menerangkan gelap ruang 3x3 m ini
Alih
mata pada kertas kecil kotak tertempel rapi
fokus
kutuju angka 12 dari 31 angka yang berjajar di kertas itu
Sambil
membakar ujung gulungan tembakau,
gemuruh
suara makhuk hari ini, mengiang kembali di benak kaku
ngiangan
itu, angka itu
Ku
tau istimewa memang, tapi gundah menggandeng dibelakangnya
karena
hari ini tanahku hilang bentuk kataku
penghuninya
tergila oleh hari angka itu
hatinya,
pandangnya, pikirnya tersalib kaku ditumpukan batu
Mereka
lupa tananhnya,
mereka
membingung pilu memikir, untuk apa hari ini?
Dengan
sedikit kejengkelan menyelip hati
kulantangkan
suara dalam hati mengharap
mengharap
tanah ini, juga tanah mereka
tumbuh
tunas kuasa adidaya jagat
Aaah..!
harapan
kosong memang,
yang
tidak tau, apa, bagaimana, mengapa, dan kapan
Pikirku
seperti Romeo dan Juliet, berpeluk di kubur atau di ranjang
Hari
ini,
Desember
2012,
pikirku
kosong memikirkan kekosongan harapan yang tak jelas melas
pula
harapan indah untuk tanah ini
biarkan
semua itu ku boyong ke mimpi nanti
hari
ini