Laman

Kamis, 22 Desember 2011

SENI BUDAYA KONGKIL DIAMBANG PUNAH


haloo gan emm ni ada sekedar karya tulis ku waktu SMA ....tentang salah satu budaya Ponorogo yang diambang PUNAH




Abstraksi

Di dalam naskah atau makalah ini kami menyampaikan penemuan kami yaitu inovasi beton yang efisien. Maksudnya adalah kami membuat inovasi beton yang lebih murah, kuat, dan ringan. Kami selaku peneliti memberikan ijuk atau serat aren dalam beton sebagai pendamping besi. Ijuk adalah serat alam yang kuat, ringan, serta tidak dapat busuk. Sehingga kami mengaplikasikan ijuk ke dalam beton. Dan kami mendapat hasil yang menakjubkan dan pertama di dunia yakni pemanfaatan ijuk dalam beton. Langkah pertama yang kami lakukan yaitu mencari ijuk. Setelah mendapatkannya, ijuk tersebut kami buat berulir dengan tujuan untuk menyatukan kekuatan materi campuran semen dan pasir dengan ijuk tersebut. Kemudian kami mencetak beton dengan ukuran 50x5x5 cm dengan menghilangkan variabel besi untuk memudahkan dalam eksperimen. Pada tahap berikutnya ditimbang satu-persatu. Kemudian diberi beban sesuai kekuatan beton tersebut. Ternyata berdasarkan eksperimen didapatkan bahwa beton yang memakai campuran ijuk lebih murah, kuat, dan lebih ringan dibandingkan dengan beton yang tidak memakai campuran ijuk di dalamnya.
BAB 1
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Sebagai Negara berkembang, Indonesia merupakan salah satu bangsa
yang melestarikan budayanya. Baik budaya yang cenderung kepada seni (seni budaya), maupun yang cenderung kepada social masyarakat (kebiasaan), serta budaya yang cenderung kepada materi dan perbuatan (tradisi). Begitu juga dengan budaya tradisional yang masih tertanam pada jiwa masyarakat Indonesia.
Setiap 10 Muharam atau tahun baru Islam khususnya di Ponorogo
diadakan  Festival Reog Nasional serta Gelar Budaya yang terankum pada satu acara yakni Grebeg Suro. Di dalam acara Gelar Budaya terdapat berbagai seni budaya yang tampil, dari seni budaya yang modern sampai yang kurang dikenal masyarat. Menurut Dinas Pariwisata Ponorogo ada sektar empat seni budaya yang kurang diminati sehingga kurang dikenal di kalangan masyarakat Ponorogo khususnya. Empat seni budaya tersebut adalah Odrot, Gajah-gajahan, gong gumbeng, dan kongkil. Dari keempat seni bdaya tersebt yang paling terabaikan dan hampir punah adalah kongkil.
Kongkil adalah suatu jenis tabuhan yang mirip dengan angklung yang terbuat dari bambu. Di Ponorogo seni kongkil hanya terdapat di kecamatan Bungkal tepatnya di Dukuh Kudo. Itupun hanya satu group saja yang bernama Martopuro. Menurut pak Kabul ketua dari group tersebut sejak tiga tahun yang lalu kongkil sudah tidak diundang dalam Grebeg Suro oleh Pemkab Ponorogo.Kata beliau ini disebabkan oleh pergantian Bupati yang baru.
Dahulu kongkil digunakn untuk hajatan pernikahan, bersih desa, dan hiburan. Tetapi sekaang kongkil sudah tidak laku lagi. Di kecamata Bungkal saja yang bisa menggunakan kongkil hanya sekitar 10 orang saja. Lebih beratnya lagi tidak ada satupun fenerasi muda yang mau  belajar menggunakan kongkil. Mata mereka sudah tertutup oleh kemajuan tekhnologi saat ini.
Dengan ini kongkil seakan-akn terabaikan oleh pihak yang brkewajiban untuk melestarikan. Karena hal tersebut banyak orang yang tidak mengenal kongkil. Mayoritas orang Ponorogo khususnya tidak mengenal apa itu kongkil. Dari semua hal tersebut siapa yang harus bertanggung jawab atas semua ini?
Selain itu belum diketahui kongkil menghilang dalam arti sudah tidak dikenal lagi di masyarakat umum. Hal ini sangat penting untuk mengetahui kapan kongkil sudah tidak exis lagi di kalangan masyarakat.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah masyarakt mengetahui tentang seni budaya asli daerahnya yaitu kongkil?
2.      Kapan kongkil hilang atau sudah tidak dikenal lagi di masyarakat?

C.    Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang kongkil
2.      Untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap hilangnya seni budaya kongkil di daerahnya
3.      Untuk mengetahui sejak kapan seni budaya kongkil hilang atau sudah tidak dikenal lagi di kalangan masyarakat.

D.    Manfaat Penelitian
1.      Bagi Peneliti
Peneliti mendapat informasi yang lengkap tentang seni budaya
kongkil, mengetahui sikap masyarakat terhadap hilangnya kongkil, dan mengetahui kapan kongkil hilang di kalangan masyarakat. Selain itu peneliti mendapat guru yang paling bagus yakni pengalaman.
2.      Bagi Dinas Pariwasata serta Dinas Pendididkan dan Kebudayaan
Dapat sebagai acuan atau alasan untuk mengembangkan seni budaya
lain selain reog yang hampir punah karena sampai saat ini terabaikan oleh dinas terkait. Karena dinas terkait tersebut lebih mengutamakan seni budaya reog sehingga seni budaya kongkil sudah tidak terdengar lagi di kalangan masyarakat.
3.      Bagi Responden atau Masyarakat
Memeberikan wacana atau wawasan bagi masyarakat supaya
Mengetahui seni budaya kongkil yang notaben tidak terkenal yang selanjutnya sebagai renungan dan pertimbangan kemudian menjadi sikap untuk untuk melesarikan lagi budaya kongkil tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Konsep Pengetahuan

1.      Pengertian Pengetahuan
            Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setela orang melakukan pengidraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra yakni pendengaran, penciman, rasa, dan raba. Sebagian besar engetahua manusia diperoleh melalui matadan telinga (Notoatmodjo, 1997 : 127)
            Seprti yang telah dingkapkan oleh Notoatmodjo (1996) bahwa pengetahuan akan semakin baik jika  semakin tinggi tingkat pendididkan dimana pengetahuan itu sendiri merupakan keinginan seseorang untuk mengingat fakta dan teori. Sedangkan menurut Kuncoroningrat (1997) megungkapkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi, pendididkan yang kurang akan menghambat perembangan seseorang terhadap nilai baru yang diperkenalkan. Pendididkan itu sendiri merupakan kemampua seseoang untuk mengingat fakta, sumber, prosedur tehnik dan teori (Notoatmodjo, 1998 : 130)
2.      Fator-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
2.1. Faktor Internal
a.       Usia
            Usia adalah waktu hidup (sejak dilahirkan) Purwadaminta, 1989. semakin bertambahnya usia sesesorang maka tingkat pengetahuan seseorang akan bertambahs seiring pengalaman hidup. Keadaan seseorang yang masih berusia muda maka orang itu bisa lebih cepat menerima suau berita atau lebih paham disbanding usia yang sudah lanjut, faktor usia juga berpengaruh terhadap pengetahuan.

b.      Pengalaman
            Pengalaman belajar dalam bekerja yang berkembang memberikan pengetahuan dan ketrampilan serta pengalaman belajar selama bekerja akan mengembangkan kemampuan mengambil keputusan ( Jones & Beek, 1996 )
c.       Pemahaman
            Suatu kemempuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dapat mengpresentasikan materi tersebut secara benar.
d.      Keyakinan
            Seseorang yang memiliki kepercayaan tinggi terhadap suatu hal, sehingga orang tersebut lebih mantap untuk melakan suatu pekerjaan.
e.       Gaya Hidup
            Tingkah laku seseorang sebagai wujud dari kebiasaa sehari-hari dan juga kepribadia orang tersebut.

2.2 Faktor Eksternal
a)      Pendidikan Formal
            Suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepadaanak yang dewasa yang belum dewas mencapai kedewsaan. Pendidikan dapat memepengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup, terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pelestarian budaya.
b)      Lingkungan Sosial
            Lingkungan social sangatlah berpengaruh terhadap pengetahuan dan juga kebiasaan sehari-hari. Pergaulan lingkunga social ada yang memberikan dampak positif dan negative (Hasni, E. 2000 )
c)      Sosial Ekonomi
            Keadaan social ekonomi yang rendah akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebuuhan sehari-hari.
d)     Latar Belakang Pendidikan Keluarga
            Keadaan latar belakang pendidikan keluarga sangatlah berpengaru, karena apabila dari latar belekang pendidikan keluarga tinggi maka akan mempengaruhi kebiasaan. Menurut Koentjoroningrat (1997) menyebutkan bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maki mudah menerima informasi sehinga makin banyak pula pengetahuan yang diimiliki. Sebaliknya pandididkan yang kurang akan mengahambat sikap seseorang terhadp nilai-nilai baru yang dikenal (Notoamojo, 198 : 130-131 ).
e)      Pekerjaan
            Pekerjaan yang dilakukan untuk mencari nafkah dan pencaharian. Masyarakat yang sibuk dengan kegiatan sehari-hari akan memiliki waktu yang lebih sedikit untuk memperoleh informasi ( Notoatmojo 1981).
f)       Informasi
            Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasi (IB Mantra, 1994 ). Pengetahuan diperoleh informasi yaitu kenyataan atau fakta dengan melihat atau mendengar sendiri serta melalui alat komunikasi seperti misalnya membawa surat kabar, mendengar rdio, nonton TV (Surdjono, Suharto, 1990 ).

3.      Seni Budaya Kongkil
a)      Pengertian Kongkil
            Kongkil adalah seni budaya musik yang terbuat dari bamboo. Seni yang mirip angklung ini sekarang hanya terdapat di Kecamatan Bungkal, Ponorogo. Sekitar 20 km ke selatan dari kota Ponorogo. Kongkil merupakan seni budaya musik yang memakai intsrumen bamboo yang digantung sebanyak lima buah.






Gambar 1.1. seni budaya musik kongkil
Sumber: ( dokumentasi penulis )

Menurut bapak Kabul ketua group Kongkil di Bungkal, kongkil biasanya dimainkan oleh 8-10 orang. Satu orang memainkan kongkil, satu orang kendang, satu orang gong, satu orang kenong, satu orang saron, satu orang demung, dan sisanya adalah penyanyi (wirosuoro atau sinden). Pakaian yang sering digunakan dalam pementasan kongkil adalah baju hitam yang biasa disebut waktung ( baju ponorogan) atau baju kas ponorogo.
Kongkil mempunyai lima nada disetiap buahnya yaitu : ro, lu, mo, nem, ji. Dari lima nada tersebut mempunyai laras yang disebut slendro. Kongkil juga dapat dibuat laras pelok dengan menambah 2 angklung lagi sehingga menjadi 7 buah kongkil.

b.      Sejarah Kongkil
Kongkil adalah seni budaya yang sudah cukup tua. Bapak Kabul mengatakan bahwa kongkil yang ada di rumahnya tersebut sudah berumur kurang lebih 80 tahun. Menurut beliau zaman dahulu besi jarang ditemukan, sehingga nenek moyang mencari sesuatu benda yang ingin dibuat untuk hiburan musik. Maka didapatnya bambu, mereka membuat sejenis angklung.
Kongkil pertama kali ditemukan di desa Padas kecamatan Bungkal kabupaten Ponorogo yang di temukan atau dibuat oleh seniman jawa sekitar tahun 1928. Seniman Jawa tersebut bernama Toinangun. Beliaulah yang membuat kongkil dengan 5 nada seperti yang disebutkan diatas.
Sekarang Kongkil hanya terdapat di desa Bungkal Ponorogo tepatnya di dukuh Kudo, itupun hanya satu group saja yang bernama Kyai Martopuro. Berdasarkan wawancara dengan ketua Group, penulis mengetahui kesenian Kongkil, sejarah kongkil, serta keadaan kongki pada saat ini. Group ini berdiri tahun 1938 yang didirikan oleh Mbah Marto (kakek Marto). Beliau meninggal tahun 1987. Peninggalan beliau selain seperangkat peralatan reog juga meninggalkan sebuah kongkil yang hingga saat ini masih utuh terjaga.

c.       Keadaan Kongkil Sekarang
Kongkil merupakan salah satu seni budaya yang diambang punah. Hal ini terbukti banyak orang yang sudah tidak mengetahui seni tersebut. Analisa tersebut  penulis buktikan dengan mencari responden dari masyarakat ponorogo. Pencarian itu penulis lakukan dengan bertanya kepada responden tentang kongkil.

BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data penelitian (Arikunto, 1998 : 51 ). Pada bab ini akan disajikan:
1.      Desain Penelitian
2.      Kerangka Kerja
3.      Identifikasi Variabel
4.      Defnisi Operasional
5.      Sampling Desain
6.      Pengumpulan Data dan Analisa Data
7.      Etika Penelitian
8.      Keterbatasan Penelitian
A.    Desain Penelitian
Rancangan penelitian adalah suatu yang vital dalam penelitian, yang
memungkinkan suatu control beberapa factor yang bisa memepengaruhi suatu kontrol beberapa factor yang bisa memepengaruhi validity suatu hasil (Nursalam, 2001 : 46). Rancangan penelitian sebagai petunjuk peneletian dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan.
Pertanyaan itu penulis tujukan kepada masyarakat Ponorogo yang merupakan masyrakat  Sehingga penulis mengetahui perbandingan pengetahuan tentang kongkil di masing-masing umur tersebut. Selain itu penulis mengambil sample setiap kecamatan di Ponorogo masing-masing umur diambil 10 orang. Penulis mengambil hanya masyarakat Ponorogo karena sni budaya kongkil adalah asli dari Ponorogo. Sehingga penulis mengetahui apakah masyarakat Ponorogo sendiri mengetahui kongkil tersebut.







B.     Kerangka Kerja
Populasi
Masyarakat Ponorogo khususnya pada kecamatan yang kental akan budayanya.
 


Sampel
Masyarakat Ponorogo khususnya pada kecamatan yang kental akan budayanya. Setiap kecamatan penulis mengambil 15 orang.


 


Sampling
Rondom sampling


 


Pengumpulan Data
Koesioner


Pengelolahan dan Analisa Data
Coding, scoring, tabulating, uji chi square dengan signifikansi 0,05


 


Penarikan Kesimpulan

Gambar 3.1 kerangka kerja dalam penelitian kongkil diambang punah.
C.     Sampling Desain
1.      Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto , 1998: 115). Populasi adalah seluruh obyek atau data dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Nursalam, 2003:211). Populasi dalam penelitia ini adalah Masyarakat Ponorogo khususnya pada kecamatan yang kental akan budayanya dengan jumlah sebanyak
2.      Sampel
Sample adalah sebagian atu wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,1998:117). Dalam penelitian ini jumlah sampelnya adalah Masyarakat Ponorogo khususnya pada kecamatan yang kental akan budayanya. Setiap kecamatan penulis mengambil 15 orang.
3.      Sampling
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk mewakili populasi (Nursalam dan Pariani, 2002: 66). Pada penelitian ini menggunakan “ Rondom Sampling “ yaitu tehknik pengambilan sample dengan menggunakn sebagian  populasi yang ada (Alimul, 2003: 37).

4.      Pengambilan Data dan Analis Data

a.       Pengumpulan Data
a.1. Proses Pengumpulan Data
Ø  Meminta surat izin ke Kepal Sekolah SMAN 1 Ponorogo untuk melekukan wawancara dengan  Kepala Dinas Pariwisata Ponorogo untuk mengetahui definisi kongkil. Serta surat izin untuk melakukan wawancara dengan masyarakat Ponorogo.
Ø  Pengisian koesioner dan wawancara dengan responden yaitu masyrakat Ponorogo.
Ø  Penganalisaan data
Ø  Penarikan kesimpulan
a.2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peeliti dalam mengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti cermat lengkap dan sistematis sehinga lebih mudah diolah (Arikunto,2002:136).
Pada penelitian ini menggunakan tehknik pengumpulan data dengan angket atau kuesioner adalah daftar pertanyaan yang disusun secara tertulis dalam rangka pengumpulan data suatu penelitian. kuesioner harus disusun secara sistematis sesuai dengan masalahyang diteliti. Sehingga data yang terkumpul adalah valid dan reliable (Nursalam dan Piriani , 2001 :85-86).
Untuk mengutahui pengetahuan resonden tentang kongkil penulis memberi 5 pertanyaan.
a.3 Waktu dan Tempat
Ø  Waktu Penelitian
1.      Persiapan dan penyusunan makalah
Januari 2010
2.      Pengumpulan data
Februari 2010
3.      Analisa dan penulisan hasil
Maret 2010
4.      Pengiriman karya tulis
26 Maret 2010
Ø  Tempat Penelitian
Penulis mengambil tempat di kecamatan-kecamatan Ponorogo yang kental akan budayanya. Tempat itu adalah kecamatan Slahung, Bungkal, Jetis dan .Karena tempat-tempat tersebut menurut sejarah banyak sekali peninggalan-peninggalan zaman dahulu.
a.4. Analisa Data
            Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu diprosesdan dianalisa secara sistematis supaya bisa terdeteksi. Data tersebut ditabulasi dan dikelompokan sesuai variable yang diteliti.